Jumat, 30 November 2012

sajak-sajak: Khalidi Frez


KERINDUAN DIATAS OMBAK KARAM PERAHU

Berkala – berkala agin kepiluan
Bermakna – makna hujan kesedihan
Menjadi pilu kepiluan
Menjadi tragedy waktu duka dan tawa
Jelmaan wajahmu membuatku
Termenung di tengah –tengah keoiluan
Hingga aku terpampang di lorong kerinduan
Pada malam berikutnya
Aku temukan kau di tempat yang sepi
Tapi itu semua hanya hayanku saja
Mungkinkah kau bukan untuk ku

09 mei 2012

BULAN DI KELOPAK MATAMU

Awan yang hitam pekat
Memunculkan gerimis kerinduaan
Serta mendung memberikan secercah kebenciaan pada jiwa ini
Kucuri hatimu saat kau lengah
Sehingga mendung berkobar
Seperti api melahap kayu
Awan hitam sinarilah jiwa ini
Janganlah kau halangi bulan ku
Janganlah kau rampas bulan ku
Hanya dia yang ku punya

08 mei 2012

TAKDIR YANG BERKEPANJANGAN

Terdiam merenung sendu
Ku bersenandung rindu
Terbayang perjalanan waktu
Sebuah kisah masa lalu

Sanggupkah kulalui badai angin pasir rindu
Sanggupkah kulupakan indahnya sejuta pesona mimpi
Sanggupkah kulangkahkan kaki melewati panas inti bumi
Sanggupkah kubenamkan diriku dalam lautan kelam
Sanggupkah kubertahan dalam dinginnya hembusan angin salju

RINDU DI ATAS KESEDIHAN

Wahai kekasihku,,
bisakah kau mendengarkan aku
walau kini tempat kita jauh berbeda
tak pernah terfikirkan dalam benakku

Tiada yang indah kecuali engkau
Memukul sepiku, tertusuk jiwa ku
Semakin hari kian ku membisu
Apa laj arti kehidupan
Aku rindu di dekapan mu,,
kini engkau tiada
jauh dari hati dan kenyataan
kini tiada lagi bahagia yang aku rasa
hanyalah duka yang menerka kepanjangan.

 
Khalidi Frez: Lahir tanggal 2 Oktober 1993 Di Sumenep Madura kini mengorbankan waktunya sebagai Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya

Selasa, 27 November 2012

Sajak Mimif K_coNkBLiE



BILA AKU RINDU RUMAH
Ada yang mesti kujawab sebelum mereka berhajat
Ada yang mesti kukatakan  sebelum mereka beranjak
Itu yang selalu merujuk bila aku rindu rumah

Rumah…
Bila aku rindu, ada semisal tanah basah membasahi tubuh
Bila aku rindu, disini, tempatku  bernaung dari  matahari juga hujan batu mengisak
Terasa, hidup adalah kekal tanpa bekal yang syakral

Derap waktu aku isi dengan buku
Inginku ingin merka yang telah menyatu
Tetapi, tetap saja seperti  batu memendam tubuhku hingga  beku
Aku  takut semua menjadi perangai kudru
Yang buat mereka tak berlaku

Desau desuk desup desur hingga desus aku dapatkan semua
Di sini, seakan mengagungkanku melebihi indahnya bermacam warna
Ahk,

Bila aku rindu rumah
Di sana mereka memeluk mataku yang bisu
Sedang aku
Yang selalu menghalang pandangmu dengan air susu

Bila aku  rindu rumah
Langit dan bumi adalah penghuninya
Membasahi  tubuhku yang beku

Guluk-Guluk 090812






Mimif K_coNkBLiE: Lahir di Sumenep, Madura, pada 12 Agustus 1994. Menulis cerpen dan puisi, aktif di komnitas lesehan puisi Annuqayah, BenGkEL Puisi, dan Sanggar PADI L_S. Tinggal di PP. An-nuqayah Lubangsa Selatan. E-mail: miftah.daenk@yahoo.co.id